Jumat, 16 Mei 2008

Keusilan Penghuni Gaib Pemakaman Jalan Halat

Suka Mengelabui Tukang Becak


KISAH ini memang percaya tidak percaya. Makhluk-makhluk gaib penunggu komplek pemakaman Jalan Halat Medan sering bertingkah usil, khususnya kepada para tukang becak. Bagi penarik becak yang sempat dikelabui penghuni gaibnya, tiba-tiba saja areal ‘rumah masa depan’ manusia itu berubah jadi tempat pemukiman nan ramai. Anehnya, tanpa kesulitan yang berarti becak itu bisa sampai ke areal pemakaman.
Ini memang cerita lama. Ketika tempat itu masih dikerumuni semak belukar. Rerumputan menjalar ke sana kemari. Ya, saat itu perkuburan jalan Halat benar-benar seperti hutan berhantu. Seperti yang dikisahkan Wahid, pria berusia 40-an tahun ini menuturkan kisah seram itu. Kepada POSMETRO (30/4) siang kemarin, di sebuah pondok di areal pemakaman itu, Wahid mengatakan saat zaman revolusi tahun 60-an kisah-kisah ganjil itu sering terjadi. Peristiwa itu dialami sahabat Wahid sendiri. Seperti biasanya, sebagai penarik becak dayung, sahabatnya itu mengitari jalan Halat. Ia seorang pekerja yang ulet. Walau pun sewa sedikit, ia tetap setia dengan pekerjaannya. Ketika senja menjelang ia masih saja melalak, mengharap panggilan penumpang yang ingin menggunakan jasanya. Bahkan sampai tengah malam menjelma, sahabatnya itu masih saja setia mengitari jalan Halat yang sunyi. Ya, Wahid masih ingat ketika peristiwa itu menimpa sahabatnya. Malam sudah tua. Rembulan sesekali tertutup awan yang hitam. Orang yang lalu lalang tinggal satu – satu. Seorang penarik becak tampak dihentikan seorang perempuan berkebaya, tak jauh dari lokasi komplek pemakaman itu. “Bang, becak ! Antarkan aku ke jalan Halat yach,” ujar wanita itu. Tanpa banyak basa-basi lagi, pria itu langsung mengayuh becaknya. “Nanti belok kiri ya Bang,” ujar wanita itu lagi. Sesaat kemudian, tukang becak itu terpengarangah. Ia seperti berada di dunia lain. Tiba-tiba saja di depannya ia melihat puluhan rumah tersusun rapi. Mirip komplek perumahan masa kini. “Rumah saya Bang paling ujung sebelah kanan,” kata perempuan itu lagi. Setelah sampai, perempuan itu memberikan uang lebih dari cukup. Tapi entah kenapa, tiba-tiba saja penarik beca itu dihantam kantuk yang kuat sangat. Disinilah keanehan itu terjadi. Begitu sadar, hari sudah pagi. Tukang becak itu pun berada di tengah komplek pemakaman jalan Halat !. Sesaat ia termenung, ia pun datang menemui Wahid untuk membantunya keluar dari komplek pemakaman itu. Karena dihadapkan pasa masalah itu, sampai saat ini Wahid tidak bisa melupakan pengalaman ganjil temannya itu. “Begitulah kisah seram yang dialami teman saya dulu di komplek pemakaman ini,” ujar Wahid sambil menatap lekat-lekat POSMETRO. Pria yang sehari-harinya sering ngumpul dengan para pengurus makam ini juga menambahkan, selain pengalaman ganjil temannya itu, penampakan berupa sosok tinggi besar sering berkelebat di pohon gintung besar yang terpacak kokoh di areal makam. “Sering orang salah lihat ada penampakan sosok tinggi besar, dan berambut lebat di dekat pohon besar itu,” ujar Wahid dengan tatapan tajam pada POSMETRO. Siapakah sosok itu ? Apakah makhluk gaib yang suka menganggu juga…?. (Abah Rahman)

Teror Kuntilanak Hantui Warga Simalingkar

Teror Kuntilanak Hantui Warga Simalingkar
Laporan : Abdurrahman

TAMPAKNYA penghuni alam gaib sedang unjuk gigi di Perumnas Simalingkar, Kelurahan Tuntungan. Ketika tengah malam, penampakan ganjil itu pun menghantui warga.
Peristiwa ini berlangsung di Jalan Tembakau Raya Perumnas Simalingkar. Kawasan ini merupakan salah satu sentra bisnis. Terlihat bangunan ruko berjejer dengan segala macam jenis usaha. Ada salon, grosir kebutuhan pokok, usaha air minum isi ulang, pangkas dan sektor jasa lainnya. Di tengah geliat kehidupan disana, ada menyimpan sebuah desas desus yang beredar diantara warga. Tentang penampakan-penampakan ganjil yang begitu meneror. Ketika tengah malam menjelma, ruko-ruko sudah banyak yang tutup. Disitulah adegan mengerikan terjadi. Penuturan Dewi, salah seorang warga mengisahkan. Teror penampakan ini sudah ada sejak dua minggu lalu. Warga melihat bayangan putih berjalan di atas genteng. Ya, Wanita berambut panjang. Bayangan wanita itu berjalan dengan tubuh lemah gemulai. Hilir mudik bagai model memperagakan busana. Semakin diperhatikan semakin menjadi – jadi. Ia terkesan bagai tebar pesona. Bayangan putih itu seolah bebas ketika malam benar-benar dipertengahan. Sayangnya, wanita pengusaha grosir ini belum pernah melihatnya. ”Kalau mendengar orang yang cerita, ngerilah pokoknya Dek. Sesekali dia sering tertawa melengking, begitu kuat dan menusuk hati. Kalau dilihat dari bentuknya memang seperti kuntilanak,” ujar seorang wanita pengusaha jasa jahit pakaian. Lain halnya dengan Eko, pria yang kesehariannya membuka usaha di tempat itu. Katanya, hantu wanita itu paling suka menganggu pria. Ia menggoda seperti ingin bermesraan. ”Tempat ini benar-benar menyeramkan. Kalau malam amat mencekam, lain dari biasanya. Aku sendiri pun tak berani lagi pulang tengah malam,” ujarnya dengan setengah bergidik. Beberapa warga yang ditemui POSMETRO semuanya menjawab senada. Mereka ketakutan dengan penampakan itu. Mereka bertanya – tanya, entah jenis makhluk apa yang lagi bergentayangan di Perumnas Simalingkar itu. Bahkan sempat terendus kabar, kalau sempat warga disana sudah menutup usahanya sejak pukul 20.00 Wib, karena ketakutan dengan penampakan dan suara yang mengerikan itu. Begitulah, ketika siang menjelma, geliat kehidupan memang jelas tampak. Namun raut-raut wajah mereka menyimpan sebuah misteri. Dan mereka selalu menjawab itu hanya sebuah desas desus walaupun akhirnya mengakui kalau teror penampakan kuntilanak itu benar – benar jadi perbincangan hangat. Siapa bayangan putih itu sebenarnya ? Apakah akan meminta korban ? Atau ’peliharaan’ yang tak dipakai lagi ? Atau malah perbuatan segelintir orang iseng belaka. Hmmm, kita lihat saja nanti. (*)

KUALA NAMU

isah Klenik Pembangunan Bandara Kuala Namu (1)Tempat Bersemayamnya Khodam Ilmu
Oleh : Abdurrahman
SAAT ini kehidupan orang halus di lokasi pembangunan Bandara Kuala Namu lagi terusik. Mereka keberatan pemukimannya dijadikan lapangan luas bak padang pasir. Pekerja dan warga disana juga sering diteror oleh ulah kaum bunian yang merasa terusik.
Bandara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandar udara baru untuk kota Medan. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Kuala Namu akan menggantikan Bandara Polonia yang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Saat selesai dibangun, Kuala Namu yang diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya, akan menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta. Pemindahan bandara ke Kuala Namu telah direncanakan sejak tahun 1991. Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Anas, Menteri Perhubungan saat itu, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota. Persiapan pembangunan diawali pada tahun 1997, namun krisis moneter yang dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga muncul momentum baru saat terjadi kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada September 2005 yang jatuh sesaat setelah lepas landas dari Polonia. Kecelakaan yang merenggut nyawa Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin tersebut juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara meninggal dunia akibat letak bandara yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai. Recana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan yang belum terselesaikan. Hingga Juni 2006, baru 1.650 hektar lahan yang telah tidak bermasalah (telah diselesaikan sejak 1994), sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan, namun pada November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan. Pembangunannya direncanakan akan dilaksanakan sepanjang tiga tahap. Tahap I dimulai pada 29 Juni 2006 dan selesai pada tahun 2009 atau paling lambat 2010. Tahap ini dibangun sendiri oleh pemerintah dengan PT. Angkasa Pura II, dengan pembagian berupa sisi darat (misalnya terminal, areal parkir) dibangun Angkasa Pura sementara sisi udara dibangun Direktorat Jenderal Udara dari Departemen Perhubungan. Dana untuk pembangunan Tahap I terdiri dari Rp. 1,3 triliun dari Angkasa Pura dan dana pinjaman sebesar Rp. 2,3 triliun sehingga jumlahnya adalah Rp. 3,6 triliun. Tahap II yang direncanakan dibangun bersama oleh pemerintah dan investor, akan dimulai tahun 2010. Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektar dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektar dan fasilitas kargo seluas 1,3 hektar. Bandara International Kuala Namu memiliki panjang landas pacu 3.750 meter, dan sanggup didarati oleh pesawat berbadan lebar.
//Sering Ada Penampakan Dibalik pembangunan mega proyek ini, ada komunitas gaib yang tak nampak oleh mata kasar manusia sedang menderita. Mereka kocar – kacar karena pemukiman mereka diluluhlantakkan. POSMETRO yang mengunjungi pembangunan bandara ini, kemarin (5/4) memang merasakan pergolakan bangsa bunian tersebut. Hawa panas yang terasa begitu menyengat pori-pori begitu menghujam kulit. Bukan itu saja, angin yang biasanya membawa kesejukan juga ikut-ikutan membawa hawa panas yang luar biasa. Bersama Poniman (50) warga sekitar yang juga memiliki kemampuan Supranatural, kami menelusuri sisi gaib di tempat itu. Menurut pria bercucu dua ini, sejak kecil hingga paruh baya hidupnya memang dihabiskan di tempat itu. Masih penuturan kakek yang juga penganut Tharekat ini, di awal ke 19 M, kakek buyutnya Mandor Gintung sudah mendiami Kuala Namu. Jadi mandor kebun kopra (sebelum diganti jadi kelapa sawit), saat itu bukanlah perkara mudah. Tidak sembarang orang bisa melakukannya. Hanya orang – orang yang memiliki ilmu kesaktianlah yang bisa. Para mandor itu sengaja didatangkan dari tanah Jawa. Jadi kuli kontrak Belanda. Karena di mata orang-orang Belanda, para pekerja dari tanah Jawa merupakan orang yang patuh dan memiliki keistimewaannya sendiri. Ya, kekuatan supranatural. Tiap mandor yang didatangkan dari Jawa hampir dipastikan punya khodam (makhluk gaib penunggu suatu ilmu) masing-masing. Sudah tak terhitung lagi berapa orang mandor yang hidup dan mati ditempat itu. “Di Kuala Namu ini banyak dikubur orang-orang sakti. Sementara khodam ilmunya masih berada disekitar sini,” tutur Ponimin. Setelah sekian lama khodam tersebut mendiamai kawasan ini, mereka pun merasa terusik ketika satu persatu pohon sawit ditebangi untuk pembangunan bandara. Bahkan ada empat nyawa yang sudah melayang karena kesambet. Bagaimana peristiwanya (Bersambung)

//Teks photo : Pohon Preh yang tak bisa ditebang karena ditunggu oleh makhluk gaib. PM/ Abdurrahman
Kisah Klenik Dibalik Pembangunan Bandara Kuala Namu (2)
Misteri Melayangnya Empat Nyawa
Laporan : Abdurrahman – DELI SERDANG
MENYELAMI kehidupan gaib di areal pembangunan Bandara Kuala Namu tak terlepas dari dunia hantu orang Jawa. Tentang penghormatan manusia dengan kehidupan sebangsa dedemit dan roh-roh leluhur.
Poniman, bukanlah orang sembarangan, begitu pria itu di mata saya. Walau tingkahnya terkadang nyeleneh namun apa yang diucapkannya syarat dengan budaya magis Jawa. Tentang berbagai istilah seperti : Dhanyang Merkayangan, Kajiman, Siluman, Bekasakan dan Kebleg. Nama-nama itu adalah berbagai jenis hantu Jawa penunggu wilayah. Peristiwa gaib bandara Kuala Namu dibuka Poniman tentang kematian empat pekerja pembangunan bandara itu. Kematian mereka memang misterius, begitu di mata Poniman. Tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba jantung mereka berhenti berdetak, begitu juga dengan darah berhenti mengalir. Apa pasal ? Lewat kaca mata mistik Poniman, kematian itu bukanlah suatu kewajaran. Ada kekuatan yang tersembunyi disana. Ya, tentang makhluk-makhluk gaib itu. Karena menurutnya, seperti manusia apabila kediamannya diporak-porandakan, akan tersulut juga emosinya. Pun begitu dengan makhluk-makhluk gaib Kuala Namu. Mereka bingung tak tahu lagi mau kemana bermukim. Pohon-pohon nan rimbun sudah tak ada lagi, hutan-hutan di tempat lain sudah mulai gersang. Sebut saja misalnya di sekitar Bukit Barisan, pesisir Asahan, Langkat dan daerah lainnya. Bukan tidak mungkin, kalau hutan-hutan tersebut sudah ditunggui oleh makhluk gaib yang lebih kuat. Sehingga terjadilah gesekan-gesekan. Sementara para makhluk gaib yang memiliki sifat pendendam akan membalas sebisanya. “Mereka itu mati dibunuh makhluk halus !” kata Poniman pada wartawan koran ini di bawah pohon Preh yang masih berdiri kokoh, tak jauh dari pos polisi. Kematian mereka merupakan wujud balas dendam para danyang (penunggu gaib) tempat tersebut. Selain misteri kematian tersebut, para pekerja disini menurutnya sering diperlihatkan dengan hal-hal aneh. Tentang adanya penampakan kuntilanak yang beterbangan. Dan peristiwa itu terjadi di siang bolong. Tak hanya itu, salah satu bukti kekuatan gaib masih berpengaruh kuat di Bandara Kuala Namu adalah terpacaknya dengan kokoh pohon Preh, bahkan sampai saat ini tidak bisa ditumbangkan oleh dukun mana pun. Dibawah pohon itulah wawancara sableng ini berlangsung. Pohon preh ini adalah salah satu benteng pertahanan makhluk gaib di Kuala Namu. “Pohon Preh ini tempat bersemayamnya para makhluk halus dan ini ditunggui oleh ular siluman,” ujar Poniman kemudian. Bahkan matanya mendelik ke arah saya. Ular gaib tersebut akan terus mempertahankan pohon ini sampai kapan pun, kecuali kalau ada dukun hebat yang bisa bernegosiasi dengannya. “Dulu Mbah Marijan sengaja didatangkan untuk menetralisir kekuatan di tempat ini. Tapi dia tidak berdaya sama sekali,” papar Poniman sambil memandang wartawan koran ini lekat-lekat. Ada banyak orang pintar sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menumbangkan pohon preh itu, tapi hasilnya nihil sama sekali. Kekuatan supranatural mereka tidak mampu melawan benteng gaib para punggawa-punggawa dedemit Kuala Namu. “Khan bisa dilihat, pohon-pohon yang lain sudah ditumbangkan, sementara ini dibiarkan. Karena mereka takut akan terjadi lagi bencana. Sampai saat ini belum ada yang mampu untuk menumbangkan pohon preh ini,” kata Poniman sambil mengelus-ngelus batang pohon preh tersebut. Saya mendengus dalam-dalam. Dalam hati saya berfikir, ternyata zaman sekarang, kepercayaan primitif masih mengakar kuat di hati masyarakat pedalaman. “Kalau mas Mau, saya akan membawa ke pusat kramat bandara Kuala Namu ini. Namanya Kramat Udang ?” katanya pada saya. “Apa ? Kramat Udang ?” jawab saya dengan kening mengernyit. (Bersambung)
Kisah Klenik Dibalik Pembangunan Bandara Kuala Namu (3/ Habis)
Kramat Udang, Siapa Sanggup Memindahkannya ?
Laporan : Abdurrahman – DELI SERDANG
SEMERBAK aroma kembang, seolah jadi tanda selamat datang bagi saya dan Poniman ketika berkunjung ke kramat Udang. Sebuah tempat kramat yang amat kental nuansa mistiknya. Apa gerangan rupanya ?
“Ya Mas, namanya Kramat Udang. Letaknya berada dalam lokasi bandara kuala namu ini,” jawab Poniman pada saya. “Bolehlah kita ke sana Pak, tapi bagaimana caranya ?” “Beres, kita permisi dulu ke security, trus saya akan tunjukkan,” katanya sembari membetulkan lensanya yang kedodoran. Kami beranjak dari pohon preh nan keramat itu. Suzuki Smash kreditan saya meraung diantara lautan debu. Apa boleh buat, truk-truk pengangkut tanah putih berseliweran di jalanan. Tampaknya sosok Poniman tidak asing lagi buat para pekerja disana. Ya, kami dengan mudah bisa melenggok-lenggok memasuki areal pembangunan bandara itu, walaupun beberapa pasang mata dengan tajam menatap kami. Tapi apa boleh buat. Nama kramat udang menjelma jadi magnit di batin saya. Batang leher terasa amat kemarau begitu mengarungi lapangan luas. Sementara Poniman masih asyik mengoceh di boncengan. Tentang kesibukannya jadi tim sukses salah seorang calon gubernur. Tentang kehidupannya. Tentang keuletannya menggali ilmu kebatinan. Tentang segala tentang pokoknya. “Jauh lagi pak,” Tanya saya setengah menyeringai. “Sebentar lagi,” katanya dengan tubuh gemetar. Kami terus membelah panas di pembangunan bandara kuala namu itu. Entah mengapa, sesaat kemudian saya merasakan keanehan terjadi. Jantung berdebar-debar, tak karuan. Bagaimana bentuk kramat udang itu ? udang bergantung kah ? udang menari-nari kah ? entahlah. Di tengah kerisauan itu, lelaki tua yang saya bonceng sempat membuat jengkel. Ternyata, letak kramat udang itu dia sendiri pun ingat-ingat lupa. Ia sempat Tanya pada orang yang kebetulan berpapasan. “Tapi Bapak orang sini, kok bisa lupa,” tanya saya keheranan. “Walah sekarang khan sudah diobrak-abrik. Dulu ini banyak pohonnya. Sekarang bisa dilihat sendiri khan ?,” tanyanya dengan suara agak tinggi. Setengah jam kemudian kami sampai di perkampungan penduduk. Ia pun bertanya lagi dimana letak kramat udang. Mereka pun terlibat percakapan dengan dialog Jawa begitu medok. Dan ia pun memperkenalkan saya pada beberapa pria di tempat itu. “Dik, bapak ini dulunya pernah bertapa brata di kramat udang,” ujar pria yang jadi lawan bicara Poniman. Sesaat kemudian, kami pun menuju tempat kramat itu. “Kalau ini kita jamin dapat, Bapak sudah tahu tempatnya,” papar Pak Poniman selanjutnya. Kami memasuki kebun sawit dan disekitarnya juga ada ladang jagung. “Permisi ya Mbah, cucumu datang sama Mas wartawan. Kami ingin silaturrahmi,” tiba-tiba Poniman berkata dengan lantang. Serrrrr, tiba-tiba bulu kuduk saya berdiri. Langit cerah tiba-tiba mendung. Mampus lah aku, rutuk saya dalam hati. “Haaa itu simpangnya, cepat sedikit Mas kita sudah sampai,” ujar Poniman bagai Jejaka yang ingin jumpa anak dara pujaan hatinya. Lain halnya dengan saya. Langit cerah tiba-tiba mendung, tentu ini ada sesuatu, diskusi saya dalam hati. “Bismillahirrahmanirrahim,” saya ucapkan kalimat itu dengan penuh ketawakkalan. Saya patrikan dalam hati, tujuan saya ketempat ini bukan bemaksud apa-apa. Bukan menghambat pembangunan bandara kuala namu, bukan untuk menggalakkan masalah klenik yang amat tipis dengan kesyirikan, tapi hanya menggali sisi-sisi gaib dari sederetan peristiwa yang kerap dialami pekerja maupun masyarakat kuala namu. Walaupun sekedar desas-desus tentang penampakan ganjil yang kerap terjadi, tapi bagi saya itu merupakan hal yang menarik untuk ditulis di rubrik ini. “Kita sudah sampai Mas. Inilah kramat Udang. Dan ini mau dipindahkan karena masuk ke dalam areal pembangunan bandara. Banyak dukun yang tak sanggup karena kekuatan gaibnya. Karena kekuatan terbesar kuala namu ada ditempat ini,” ujar Poniman kemudian sambil mulutnya berkomat kamit. Kramat Udang, sebuah makam tua yang amat diklenik manusia. Terlihat beberapa sesajen terletak di pusara itu, ada juga rokok dan bubur merah putih. Aromanya begitu menyesakkan dada. “Mengapa banyak kali bunga disini Pak,” tanya saya. “Inilah yang sering dilakukan orang. Kalau ada anggota keluarganya sakit, ingin melakukan hajatan, mau minta pelaris, cepat jodoh dan lain-lainnya mereka selalu ziarah kemari,” ujar Poniman. “Astaqfirullah. Mereka minta pada kuburan Pak ?” “Bukan Mas, kramat udang dijadikan perantara do’a agar cepat terkabul. Makanya banyak dukun yang segan untuk memindahkan tempat kramat ini,” imbuhnya kemudian. Lutut saya tiba-tiba lemas, gemetaran. “Kalau begitu Apa bapak bisa memindahkannya ?” Poniman tidak menjawab. Tapi lelaki itu menganggukkan kepalanya, tiga kali. “Izinkan Mbah kalau cucumu memindahkan kramat ini ?” kata Poniman sambil mengelus-ngelus nisan kuburan tua tanpa nama itu. Tak ada jawaban. Hening. Langit semakin hitam. Angin kian menderu menggonjang dedaunan. Akhhhhhh, maafkan, saya tak kuat lagi melanjutkan cerita ini kawan. Maafkan… (*)

PEMANDIAN PUTRI HIJAU

Tuah Gaib Bekas Pemandian Putri HijauSegar dan Menyembuhkan
Laporan : Abdurrahman – DELI TUA
PEMANDIAN Pancur Gading di Kampung Pamah, Deli Tua. Ada banyak sensasi yang dirasa ketika bercengkrama dengan alam di tempat itu. Kecipak air, gemerisik daun bambu, dan sesekali tercium aroma hio berasal dari tempat bekas pemandian sang putri. Ada apa gerangan ? Jumat (16/5), sebelum adzan Jum’at berkumandang dari menara Masjid, saya sampai di tempat pemandian itu. Tak lah terlalu sulit untuk menggapainya. Begitu sampai di Pajak Deli Tua, sebelum kantor Polsek kita belok kanan, terus cari namanya Gang Bunga dan masuklah ke dalam. Trus ada jembatan, begitu kita lewati, beloklah ke kiri. Di sana kita jumpai sebuah perkampungan orang Karo. Mereka ramah – ramah pada orang yang datang. Terlihat dari sunggingan senyum yang mereka persembahkan ketika saya menuju tempat itu. Sebenarnya, ada yang lucu ketika melewati sebuah warung di samping jembatan. Sekitar 200 meter masuk ke dalam, saya sempat ‘jiper’ juga. Rimbunan pepohonan dan kesunyian begitu mencekam. Kian masuk ke dalam kian menyeramkan. Serasa ada yang tak beres, saya balik kanan dan menjumpai orang di warung itu untuk ditemani ke tempat pemandian. Mana tahu entah terjadi apa-apa ada yang menyaksikan, begitulah pikiran saya saat itu. “Jangan takut dekku, amannya disini, kereta pun tak ada yang hilang. Adanya kantin dekat situ, masuk sajalah,” ujar seorang pria di warung dekat jembatan itu. Mereka tertawa melihat muka saya, mungkin saja sudah pucat saat itu. Udah kepalang tanggung, saya pun menerobos masuk. Melewati rimbunan pohon bambu, pisang, persawahan. Jalanan yang meliuk-liuk mendaki bukit haruslah ekstra hati-hati kalau tidak bisa saja nyemplung ke sawah. Benar saja apa yang dikatakan warga di warung tadi. Di atas memang ada warung dan tempat pemandian. Seorang pria bermarga Sitepu yang bertugas di pemandian menyambut saya dengan penuh kekeluargaan. Saat itu ada dua pria yang lagi mandi. Aman dan Umar namanya. Kedatangan mereka memang punya maksud tertentu. Seperti Umar misalnya, ia mengunjungi tempat ini untuk menghilang penyakitnya. Ceritanya, sebulan lalu ia dihinggapi penyakit gatal – gatal di sekitar ‘pusakanya’. Amat menganggu. Atas anjuran seorang teman ia pun mandi di tempat itu. Dan ia merasakan kesembuhan. “Semuanya khan atas izin Allah SWT, satu kali saja saya mandi di tempat ini, gatal-gatal itu pun hilang. Setelah itu saya pun sering mandi kemari. Rasanya sejuk dan segar,” katanya mengisahkan pengalaman gaibnya. Lain lagi dengan Riki, warga Tiga Juhar, Deli Serdang yang selalu berkunjung ke tempat itu. Ia mengaku dulunya ia sempat termakan ramuan kotor. Atas saran orang pintar yang menanganinya, ia pun dianjurkan mandi di tempat itu. Dan lagi-lagi, kesembuhan itu dirasakannya setelah kunjungannya keenam kali. Sementara Aman mengamini kesaksian Riki dan Umar. Walau hanya membasuh wajah dan tangannya ia merasakan kesegaran alami. Didorong oleh rasa ingin tahu, saya pun mencoba membasuh wajah dengan air mancur pancur gading itu. Wah, memang tak terbantahkan. Semacam ada energi lain bersama turunnya air mancur itu. Bahkan saya sempat berguman, kesegarannya melebihi air minuman suplemen. Itulah beberapa sensasi yang saya rasakan ditempat pemandian ini. Airnya memang benar-benar membawa kesegaran.
//Altar Persembahan Selain itu, nuansa magis amat terasa. Apalagi di berbagai sisi pemandian hio dibakar. Aromanya begitu menyengat. Ditambah lagi beberapa aroma bunga yang berada di altar persembahan. Seperti pengakuanRiki. Adalah sebuah kebiasaan ketika ingin mandi ditempat itu. Pengunjung biasa mempersempahkan bunga-bungaan dan aneka macam sesaji lain untuk penghuni gaib di tempat itu. “Seperti bentuk penghormatan sebelum mandi, agar kita dapat berkah,” ujarnya menerangkan. //Misteri Warna Ikan Tak hanya bunga-bungaan dan aroma hio yang menyengat. Ada misteri lain yang tersimpan di pemandian ini. Tentang makna warna-warna ikan di telaga sumber air pancur gading ini. Penuturan Aman, sebelum mandi kita perhatikan dulu warna ikannya. Apabila sebelum mandi kita melihat warnanya gelap itu tandanya kita lagi banyak dirundung masalah. Setelah mandi kalau kita melihat warnanya sama berarti masalah itu masih ada dengan diri kita dan belum terkikis. Untuk itu, kita harus mandi lagi. Apabila warna ikan itu berubah jadi warna kuning keemasan. Berarti penyakit dan tujuan kita akan gilang gemilang. Begitulah pengakuan tiga pria ini. Aman, Umar dan Riki. Mereka mengaku banyak orang yang mandi di air pancuran ini sebagai sarana untuk menghilangkan penyakit, menyegarkan badan, membuang sial dan berbagai macam hajat lainnya. “Semuanya terjadi atas izin Tuhan, dan saya mengatakan salah satu jalannya ada disini untuk berusaha sembuh,” ujar Riki. Setelah sayup-sayup terdengar suara Adzan Jum’at saya pamit meninggalkan pemandian itu. Putri Hijau memang sebuah legenda dari tanah Deli, bahkan ada banyak versi cerita mengenainya. Yang jelas, kita ambil saja hikmahnya dari cerita ini. Dan yang terpenting tetaplah kita berkeyakinan bahwa Tuhanlah di atas segala-galanya. (*)